Rabu, 11 Desember 2013

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada saat ini menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia.
Kelapa sawit adalah berkah bagi bangsa Indonesia, karena bertahun-tahun kelapa sawit mampu memainkan peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan devisa. Perannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 total devisa yang dihasilkan dari industri ini mencapai sekitar US $ 5 miliar. Pemerintah Indonesia telah mencadangkan 9,13 juta hektar untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Saat ini luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 6,7 juta hektar. Sejak tahun 2007, Indonesia telah menjadi negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) tertinggi di dunia. Potensi Kelapa Sawit Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm oil, CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan diperkirakan sebesar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun, dengan komposisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor.
Industri kelapa sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan sekitar 4 juta kesempatan kerja (pro-job), serta mendukung pembangunan daerah dan pengentasan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan Luar Jawa (pro poor). Selain itu, mayoritas perkebunan kelapa sawit ditanam di kawasan hutan left-over/bekas HPH (pro-environment), seta nilai ekspor CPO dan produk CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitar USD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total), terbesar kedua setelah minyak dan gas (pro-growth). CPO digunakan untuk bahan baku industri pangan sebesar 80-85% dan industry nonpangan sebesar 15-20%. Pertumbuhan konsumsi minyak sawit dalam negeri adalah sekitar 5,5%/tahun. Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya saing sebagai industri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber yang paling kompetitif di dunia untuk biofuels, dan aplikasi teknis dan yang paling penting adalah sebagai sumber makanan. Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika. Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah diantaranya adalah pupuk organik, kompos dan kalium serta serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari limbah cair dari proses produksi minyak sawit. Diperkirakan pada 2030 akan dibutuhkan lebih banyak produksi makanan untuk memberi makan penduduk dunia yang semakin meningkat. Berdasarkan perhitungan konservatif, pada tahun itu dunia akan mengkonsumsi 48 juta MT lebih minyak untuk penggunaan makanan, sehingga dibutuhkan peningkatan sebesar 30 juta MT yang harus dipenuhi dalam 20 tahun. Indonesia seharusnya dapat berperan besar dalam menangkap peluang ini KONSUMSI CPO DAN DIVERSIFIKASINYA Diperkirakan Indonesia akan menghasilkan 21,5 juta ton CPO pada tahun 2009, dengan perincian sekitar 16 juta ton di ekspor dan sisanya 5,5 juta diserap pasar dalam negeri dipergunakan untuk industri dalam negeri, seperti: minyak goreng, industri oleokimia, sabun dan margarine (shortening). Di masa mendatang konsumsi CPO di dalam negeri akan terus meningkat dan mencapai lebih dari 6 juta ton pada tahun 2010. Prediksi komposisi industri pengguna CPO pada saat itu adalah industri minyak goreng (51%), industri margarine dan shortening (37%), oleochemical (8%), industri sabun mandi (3%) dan industri sabun cuci (1%). PENGgEMBANGgAN INDUSTRI HILIR Pengembangan bisnis industri yang menggunakan bahan baku CPO memiliki peluang sangat prospektif di Indonesia. Saat ini Indonesia baru sekitar 10 perusahaan oleochemical yang menggunakan sekitar 8% produksi CPO-nya. Salah satu industri yang berbasis CPO yang sangat potensial dimasa yang akan datang adalah Biodiesel. Biodisel adalah masa depan kelapa sawit Indonesia dan juga akan menjadi masa depan Indonesia. Penggunaan biodiesel dari CPO (palm diesel) di negara- negara Uni Eropa, Amerika dan juga di beberapa negara Asia (Jepang dan Malaysia) sudah mulai populer. Beberapa nilai tambah dari penggunaan palm diesel, antara lain : tidak perlu dilakukan modifikasi mesin mobil, performance mesin menjadi lebih baik, emisi gas buang lebih ramah lingkungan, dll. Bagi Indonesia dengan semakin tingginya harga minyak dunia, cadangan minyak bumi yang semakin menipis, dan kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat, maka palm diesel memiliki peran yang sangat penting sebagai energi alternatif sebagai “Renewable Natural Resources”. Efek nyata dari pengembangan produk turunan CPO secara ekonomi akan meningkatkan daya saing dan nilai tambah (margin) dari industri kelapa sawit Indonesia. VISI & MISI Kelapa Sawit Indonesia Untuk mempertahankan agar industri kelapa sawit Indonesia tetap menjadi primadona dan berkah bagi bangsa dan rakyat Indonesia, maka visi dan misi perkelapasawitan nasional adalah sbb: 1. Memposisikan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai salah satu pemain penting di tingkat regional dan internasional di bidang industri perkebunan. 2. Jangka Panjang menjadikan perkebunan kelapa sawit sebagai alternatif “Renewable Natural Resources” di bidang biodisel dan pelbagai industri oleochemical. 3. Membangun perkebunan kelapa sawit baru yang memiliki “Core Competency” yang tangguh di bidang industri perkebunan dan bersifat ramah lingkungan, dengan cara menjalin kerjasama yang erat dan positif dengan para stakeholder. 4. Menyediakan lapangan usaha dan pekerjaan seluas-luasnya bagi para sarjana, D3 maupun lulusan sekolah menengah pertanian dari pelbagai institusi/perguruan tinggi di seluruh Indonesia5. Meningkatkan kemampuan masyarakat pekebun sawit yang berdomisili di sekitar perkebunan inti dalam bidang kultur teknis dan bisnis perkebunan kelapa sawit.
Share |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

offsetWidth); }