Rabu, 16 Februari 2011

potensi wisata sulawesi tengah

1. Pakuli

Lokasi
Pakuli adalah nama desa yang berada di wilayah penyangga Taman Nasional Lore Lindu. Desa ini secara administratif berada di kecamatan Gumbasa , Kabupaten Sigi. Pakuli berjarak 40 km ke arah Selatan dari kota Palu.
Daya Tarik
Pakuli, sebagai sebuah desa yang dekat dengan Taman Nasional Lore Lindu, telah lama memanfaatkan berbagai macam tumbuhan untuk bahan pengobatan tradisional. Hasil penelitian menemukan 287 dari 415 jenis bahan tumbuhan obat tradisional yang dipergunakan, diperoleh dari kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

Pakuli berada 300 meter diatas permukaan laut dan merupakan kawasan dengan ketinggian terendah di TNLL. Burung yang biasa dijumpai di lokasi ini diantaranya : Burung Maleo, Burung Gosong Filipina, Cabak Sulawesi, Kapasan Sulawesi, Kepodang ungu tungging putih.

Aksesbilitas
Untuk mancapai Pakuli, dapat ditempuh dengan mobil atau angkutan umum selama 1 jam. Kondisi jalan menuju lokasi bagus. Angkutan umum dan Palu, dapat ditemukan di terminal angkutan Pasar Masomba.
Fasilitas
Pondok pengobatan tradisional, kebun obat, penangkaran Maleo dan shelter.

2. Saluki

Lokasi
Saluki terletak di Desa Tuva, berjarak 50 km ke arah Selatan kota Palu, berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah I Saluki TNLL, termasuk dalam kecamatan Gumbasa.
Daya Tarik
Kawasan nesting ground burung Maleo terbesar ditemukan di lokasi ini Jenis burung lain yang dapat dijumpai di antaranya : Merpati hitam, Sulawesi, Raja Udang Merah Sulawesi, Cekakak Hutan, Tungging Hijau, Dederuk Merah, Pergam Putih, Rangkong Sulawesi.
Terdapat pula sebuah bumi perkemahan dengan pemandangan indah di sekitarnya dengan kapasitas maksimal 500 pengunjung

Aksesibilitas
Perjalanan ke Saluki dapat ditempuh selama kurang lebih I,5 jam dengan menggunakan mobil atau angkutan umum dan Palu dengan kondisi jalan yang cukup baik.
Fasilitas
Penangkaran burung Maleo, shelter, menara pengamatan burung, bumi perkemahan yang dilengkapi MCK.

3. Danau Lindu

Lokasi
Danau Lindu terletak di tengah-tengah kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Danau ini merupakan bagian dan enclave Lindu, berjarak sekitar 63 km ke arah selatan dan Palu.
Daya Tarik
Danau Lindu terbentuk dan proses tektonik. Danau ini merupakan obyek wisata alam yang menarik dengan panorama alam yang asri, kultur budaya masyarakat dataran Lindu yang pluralistis. Danau dengan luas 3.200 hektar, berada pada ketinggian 1 .000 meter di atas permukaan laut dengan rawa-rawa yang luas sekelilingnya. Satwa yang dapat dijumpai diantaranya : Monyet Hitam Sulawesi, Anoa, Tarsius dan berbagai jenis burung, seperti: Padi Belang, Kowak Malam Merah, Elang, Kelelawar, Elang Ikan Kecil, Elang Laut Perut


Di tengah danau Lindu terdapat sebuah pulau dengan luas ± 5 hektar. Di pulau ml terdapat situs kuburan Maradindo dan abad ke -18. Untuk mencapai pulau ml diperlukan hanya 20 menit dengan perahu motor dan desa Tornado.
Aksesbilitas
Perjalanan ke Danau Lindu dan Palu dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat sampai di Sidaunta (1 ,5 jam), yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan roda dua (ojeg). Perjalanan Sidaunta ke Dataran Lindu memakan waktu tempuh sekitar 6 jam jalan kaki atau I jam menggunakan kendaraan roda dua.
Fasilitas
Pondok wisata, penginapan, perahu katinting, permandu lokal.

4. Toro
Lokasi
Toro adalah sebuah nama desa yang berbatasan Iangsung dengan kawasan taman nasional di wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah I Saluki TNLL. Secara administratif berada di Kecamatan Kulawi Selatan. Toro berjarak sekitar 115 km ke arah Selatan dan kota Palu.
Daya Tarik
Hutan dataran rendah yang berbatasan dengan areal persawahan dan perkebunan cokiat yang membuat pemandangan alam yang indah. Terdapat pembagian hutan yang dikelola secara adat, dengan pasukan pengamanan hutannya yang disebut Tondo Ngata. Selain itu terdapat rumah adat tradisional yang dikenal dengan nama "Lobo", rumah adat yang digunakan untuk acara musyawarah adat.
Kekhasan lain dan lokasi ini adalah masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadatnya dalam menjaga hutan di sekitarnya.
Spesies burung yang dapat dijumpai di lokasi hutan sekitar desa Toro diantaranya : Mandar Dengkur, Perling Sulawesi, Kepodang Sungu Tungging Putih.

Aksesibilitas
Untuk mancapal Toro dapat ditempuh dengan mobil atau angkutan umum selama 4 jam dengan kondisi jalan cukup baik. Angkutan umum dan Palu, dapat ditemukan di terminal angkutan
Fasilitas
Penginapan, jalur treking, rumah makan kecil dan pemandu lokal

4. Danau Tambing Lokasi
Lokasi
Danau Tambing berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah II Makmur TNLL-Kecamatan Lore Utara. Danau Tambing berjarak sekitar 55 km dan Palu.
Daya Tarik
Danau Tambing berada pada ketinggian I .700 mdpl dengan danau berawa dan dikelilingi Iingkungan hutan yang masih alami. Keadaan Iingkungan yang sangat tenang menjadikan lokasi ini sebagai lokasi sempurna untuk pengamatan burung dan biasa juga digunakan sebagai lokasi berkemah. Danau Tambing memiliki kedalaman air hingga 10 meter dan memilki beberapa jenis
ikan endemik. Keindahan alami danau ml bisa dinikmati dengan menggunakan perahu kecil (katinting) untuk menyebrangi danau.
Spesies burung yang dapat dijumpai : Pecuk Padi Hitam Sulawesi, Sikatan Dahi Biru, Burung Madu, Sungu Kerdil, Kepodang Sungu Biru, Itik Benjut, Titihan Telaga, Malia.

Aksesbilitas
Lokasi ini dapat ditempuh dengan mobil atau angkutan umum selama kurang Iebih 2 jam dan kota Palu. Kondisi jalan raya menuju lokasi cukup baik.
Fasilitas
Jalan setapak, perahu ketinting dan shelter.




5. Nokilalaki-Anaso-Rorekatimbu

Lokasi
Ketiga objek wisata ini terletak pada wilayah kerja Taman Nasional Lore Lindu di Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Makmur-Kecamatan Lore Utara.

Daya Tarik
Nokilalaki
Hutan montana ditemukan di pegunungan Nokilalaki. Lokasinya berada pada ketinggian 2.355 meter di atas permukaan laut. Tipe hutan ml puncaknya berdekatan dan bukitnya terisolasi. Puncaknya rata dengan pohon-pohon, kaya akan jenis lumut dan flora pegunungan yang indah. Kawasan ini juga cocok untuk dijadikan lokasi pengamatan burung dan trekking.

Anaso
Berada pada ketinggian 2.000 mdpl, merupakan lokasi pengamatan burung di sepanjang jalur trek sampai ke puncak. Spesies burung yang dapat dijumpai : Berkik Gunung Sulawesi, Cabak, Heinrich, Kancilan Perut Kuning, Anis Geomalia, Kakatua, Kenari Melayu atau Kenari Sunda.

Rore katimbu
Mendekati puncak yang paling tinggi, sekitar 2.600 mdpl, kanopi pohon menjadi semakin seragam, dan pohon-pohon menjadi gemuk pendek dan berbonggol. Daunnya kecil dan tebal, lumut tumbuh dengan subur dan lebat, menutupi lantai hutan, dan jenis lumut pohon yang hijau. Kabut yang menyelimuti membuat suhu tetap rendah, dan membuat kelembaban sampai 90%. Terdapatjuga tumbuhan kantong semar (Nepenthes sp.), yang mengambil makanan tambahan dengan memerangkap serangga.

Aksesibilitas
Jarak Gunung Nokilalaki dan Palu sekitar ± 55 km yang dapat ditempuh dengan mobil atau angkutan umum selama I ,5 jam.

6. Lembah Napu

Lokasi
Lembah Napu merupakan suatu Iembah yang meliputi wilayah desa Sedoa, Wuasa, Wanga, Watutau. Lembah dengan udara yang sejuk ml merupakan wilayah penyangga dan Taman Nasional Lore Lindu pada wilayah kerja TNLL Bidang Pengelolaan Wilayah III Poso, dan secara administratif termasuk dalam Kecamatan Lore Utara. Lembah ini berjarak sekitar I 05 km dari Kota Palu.
Daya Tarik
Lembah Napu memiliki lahan basah yang luas, pegunungan yang benhutan pada semua sisinya dan lahan pertanian yang bagus. Di Wuasa, terdapat tempat pengamatan bunung yang baik, memiliki beberapa jalan setapak dan hutannya kaya akan epifit. Dan di tepian hutan yang berbatasan dengan padang rumput mempunyai banyak spesies burung seperti - Mandar muka biru, berbagai jenis elang, Peragam Putih, Kipasan Sulawesi
Di Wanga dan Watutau, beberapa masyarakat masih memegang teguh kebudayaan tradisional dalam kehidupannya, seperti penerapan cara-cara bertani tradisional, acara upacara perkawinan dan perayaan panen raya.

Aksesbilitas
Perjalanan menuju Lembah Napu dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau angkutan umum selama 3 jam. Jalan naya sampai ke lokasi kondisinya cukup baik.
Kendaraan umum ke Wuasa dapat ditemukan di terminal Petobo - Palu.

Fasilitas
Penginapan dan rumah makan kecil dan jalan trekking masuk ke hutan.

7. Padang Rumput Siliwanga

Lokasi
TNLL- berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah III Poso TNLL-kecamatan Lore Utara. Siliwanga berjarak 120 km dan Palu.

Daya Tarik
Kawasan ini memiliki pemandangan yang bagus dengan padang rumput yang dibatasi kawasan hutan taman nasional pada bagian ujungnya. Area ekosistem savana ini memiliki beragam jenis satwa liar, diantaranya rusa, beberapa jenis burung dan kera hitam endemik dapat ditemukan di area perbatasan dengan hutan.

Aksesibilitas
Jalan raya ke lokasi kondisinya bagus. Kendaraan umum ke Siliwanga dapat ditemukan di terminal Petobo.
Fasilitas
Jalan setapak, pemukiman penduduk sebagal tempat bermalam, warung makan dan pemandu lokal.



8. Situs Megalith

Lokasi
Lokasinya berada di Iembah Besoa dan Bada, Bidang Pengelolaan Wilayah III Poso TNLL-kecamatan Lore Selatan.

Daya Tarik
Di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan beberapa tempat di sekitar batas kawasan, terdapat ratusan benda-benda megalith dalam berbagai bentuk, tersebar di Lembah Napu, Besoa dan Lembah Bada. Benda-benda tersebut dianggap merupakan monumenmonumen batu terbaik diantara patung-patung sejenis di Indonesia pada jamannya. Disamping terbuat dan batu padat, pengerjaan yang halus dan sederhana, megalith terlihat anggun dan terbuat dan batu granit.

Berdasar penelitian arkeologi, megalith-megalith tersebut diperkirakan berasal dan tahun 3.000 SM dan yang termuda dibuat pada sekitar tahun I .300 Sesudah Masehi. Patung-patung megalith ini diperkirakan sebagai patung-patung pemujaan oleh manusia di jamannya.
Megalith memiliki beragam ukuran, dan yang paling tinggi sekitar 4 meter, sedangkan kebanyakan memiliki ukuran tinggi sekitar 1 ,5 sampai 2,5 meter.
Berdasarkan bentuknya, megalith diklasifikasikan, sebagai berikut:

Patung/arca batu. Patung-patung ml memiliki bentuk menyerupai manusia, namun hanya bagian kepala pundak, mata dan organ kelamin yang dapat terlihat secara jelas.

Kalamba. Batu megalith yang menyerupai jambangan besar, diperkirakan sebagai tempat penampungan air atau tempat menaruh mayat para bangsawan.

Tutu'na. Batu megalith ini merupakan penutup kalamba yang berupa piringan-piringan besar, dengan tonjolan di bagian tengahnya.

Dakon. Berbentuk batu pipih yang rata, pada permukaannya terdapat lubang-lubang kecil, saluran dan lekukan-lekukan tetapi tidak teratur.

Lain-lain. Batu lesung, batu altar, tiang penyangga rumah dan batu yang berbentuk binatang seperti monyet, kerbau dan bentuk-bentuk lain.

Lokasi-lokasi tempat ditemukannya Megalith, yaitu :
Doda
Tidak jauh dan desa Doda, dapat ditemui megalith berupa patung Tadulako. Merupakan patung laki-laki tegak, yang dinamakan menurut nama pahlawan gagah berani yang selalu memenangkan peperangan dalam legenda Kaili dan Kulawi.
Hanggira
Terletak di komplek "Pokekea", sekitar 2 kilometer dari pusat desa, lokasi ini memiliki 30 megalith, termasuk megalith berupa patung laki-laki tegak dan beberapa kalamba besar.
Tuare
Jalan setapak menuju Pokekea Terdapat satu buah kalamba yang bisa ditemukan di sini.

Lengkeka
Sekitar 2 kilometer dan pusat desa, terdapat komplek megalith Suso, termasuk komplek Seppe
(berjarak I km), dan beberapa megalith lainnya.

Gintu
Di lokasi ml, terdapat sebuah megalith bernama "Taraeroi". Di desa ini juga dapat ditemukan kuburan kristiani pertama di Lembah Bada, sepasang suami dan istri.

Bewa
Situs "Watu Palindo" dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh I ,8 km.
Aksesibilitas
Situs Megalith Doda berjarak 157 km dari Palu dan dapat ditempuh dengan mobil selama ± 6 jam. Sedangkan Situs Bada, berjarak 300 km, dan perjalanannya melewati kota Poso dan Tentena jika menggunakan kendaraan roda empat, dan jika berjalan kaki dapat ditempuh melalui Doda.
Fasilitas
Terdapat shelter, jalan setapak menuju lokasi megalith dan penginapan serta rumah makan di sekitarnya dan juga pemandu lokal. (untuk mengunjungi lokasi megalith ini, disarankan untuk menggunakan pemandu lokal).



tanjung karang
Kota Donggala, Sulawesi Tengah menyajikan banyak tawaran pelesiran. Salah satunya menonton para penenun Buya Sabe,atau sarung Donggala. Lalu, menikmati pasir putih Tanjung Karang dan menyicipi Kaledo, makanan khasnya. Hari ini, kita akan menuju Tanjung Karang. Menikmati indah pantai pasir putihnya, atau terumbu karangnya.
Mata kita langsung tertumbuk pada pasir putih yang menghiasi bibir pantainya. Dari atas jalanan di bukit Donggala, terlihat jelas hamparannya, juga kumpulan kapal niaga dan perahu nelayan di Pelabuhan Donggala.
Indah dan luar biasa! Itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya.
Sekitar 20 tahun silam, Pantai Tanjung Karang ini hanya dikenal sebagai tempat istirahat sementara para nelayan setelah lelah melaut.
Saat itu, belum ada jalan masuk ke Pantai Tanjung Karang, padahal hamparan pasir putih di pantai itu sungguh indah. Perkebunan kelapa milik masyarakat juga tumbuh subur di sekitar pantai ini.
Tapi sekarang, Pantai Tanjung Karang sudah berubah menjadi objek wisata favorit bagi warga Palu dan sekitarnya. Di musim libur, pantai ini dipadati wisatawan lokal, bahkan turis mancanegara. Rata-rata berasal dari Eropa.
Agus, salah seorang petugas di pintu masuk Tanjung Karang, mencatat setiap hari libur, sedikitnya 200 kendaraan roda empat dan dua masuk-keluar di objek wisata Tanjung Karang ini. Bahkan angka ini meningkat pesat setelah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencanangkan lima hari kerja sejak pertengahan April 2007 lalu.Untuk setiap pengunjung dikenai biaya hanya Rp 1000.
“Pengunjung pada Sabtu, Minggu, dan hari libur, paling banyak. Ratusan orang biasanya,” kata Agus.
Untuk memberikan pelayanan bagi para wisatawan, yang umumnya wisatawan keluarga, penduduk setempat membangun dan menyewakan puluhan penginapan sederhana, yang terbuat dari kayu dan beratap rumbia.
Tarifnya relatif murah, antara Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu semalam untuk masing-masing cottage yang memiliki satu kamar tidur, satu ruang terbuka sebagai teras, dan satu kamar mandi. Tarif ini tidak termasuk makan dan minum.
Menu yang disajikan para pengelolanya beraneka ragam, namun umumnya berupa makanan laut, seperti ikan bakar, cumi-cumi goreng, dan lobster rebus.
Ada juga kopi panas, teh, dan sarabba (minuman khas terbuat dari jahe dan gula aren yang direbus serta diberi susu kental), serta pisang goreng panas.
Pengunjung juga dapat menikmati makanan, minuman, dan penganan lainnya di cafe-cafe sederhana di area penginapan dan sepanjang bibir pantai Tanjung Karang.
Di Tanjung Karang, ada pula sebuah cottage milik Pieter, seorang warga Jerman yang beristrikan seorang perempuan asal Sulawesi Utara. Ia menamai kawasan cottagenya dengan Prince John Dive Resort. Cottage yang dikelilingi pagar kayu dan tembok dengan luas halaman sekitar 60 x 50 meter tersebut dilengkapi berbagai fasilitas memadai, seperti café dan lapangan voly pantai.
Pemilik cottage ini juga melengkapinya dengan kapal pesiar dan peralatan diving serta snorkeling, yang memang diminati wisatawan mancanegara.
“Wisatawan yang datang rata-rata berasal dari Jerman, Australia dan Austria. Mereka sangat suka menyelam,” kata Junaidi Kariso, Manager Public Relation di Prince John Dive Resort.
Nah, jika ingin bersnorkeling, cukup merogoh kocek Rp 10 ribu. Snorkel bisa kita sewa pula pada penduduk setempat. Harga itu tidak dipatok per jam, tapi per hari. Murah, bukan?!
Jika ingin menyelam kita bisa menyewa scuba diving milik Prince John Dive Resort. Biayanya € 26. Itu sekitar dengan Rp 338 ribu. Pengelolanya memang memakai kurs Euro, karena wisatawannya rata-rata dari Eropa.
Kalau beruntung bisa mendapatkan scuba diving dari penduduk lokal seharga Rp 100 ribu.
Kalau kemahalan cukup snorkeling saja. Tuwo, perempuan penduduk lokal berusia 40 tahun menyewakan snorkelnya Rp 10 ribu per hari.
Mau snorkeling? Yuk! Wow, ternyata memang luar biasa indah. Hanya selangkah dari bibir pantai dan masih dari atas permukaan kita sudah dapat menikmati indahnya terumbu karang dan ikan hias yang menari-nari di atas dan di sela-sela karang.
“Di sini asyik sekali. Ada karang warna-warni dan ikan yang cantik-cantik,” tutur Muhammad Nizam, anak berusia 9 tahun yang dipandu ibunya bersnorkeling.
Bagi wisatawan asal Jerman, Hillmart, ia memilih Tanjung Karang lantaran belum tertalu ramai dan masih alami. “Di sini sangat tenang, belum banyak orang. Jadi saya pilih di sini melewatkan akhir pekan,” kata dia.
Share |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

offsetWidth); }